Pilihan untuk menyelesaikan permasalahan dengan Orang Tua Sendiri, menyerempet Legenda Daerah yaitu Malin Kundang dari Sumatera Barat, perihal pilihan optional untuk kebahagiaan hati nurani sendiri atau tuntutan sebagai anak berbakti. [1]
Melarikan Diri Dari Masalah.
Ini adalah gejala yang terlihat pada anak-anak/remaja ketika mereka berada di bawah beberapa bentuk konflik yang Psikolog menyebut STRESS ( Tekanan Psikis).
Hal ini terjadi terutama pada Anak-Anak Laki-Laki.
Hal ini melibatkan mendadak atau direncanakan lari dari rumah sendiri ke rumah keluarga atau teman atau ke suatu tempat yang jauh anak telah pernah dikunjungi, atau ke tempat yang sama sekali tidak dikenal kepada anak.
Setelah mencapai tempat atau dalam perjalanan, anak menyadari bahwa ia tidak dapat mempertahankan lama tanpa dukungan emosional dan ekonomi orang tua.
Pada saat itu, anak memutuskan untuk kembali dan mencoba untuk kembali pulang atau akan membiarkan orang tua menginformasikan tempat persembunyiannya.
Hilangnya biasanya tidak memperpanjang selama lebih dari seminggu.
Ketika anak pulang, ia kemungkinan besar muncul malu, rasa bersalah naik, tunduk dan diam.
Pada saat itu orang-orang yang menerima anak itu seharusnya tidak menemukan kesalahan dengan dia atau memarahi atau menghukum dia sebagai anak mengharapkan yang terburuk.
Perlahan-lahan beberapa orang dalam keluarga dengan siapa anak memiliki hubungan emosional yang baik bisa mulai menjelajahi alasan untuk melarikan diri.
Anak seperti itu sebaiknya bergeser kembali ke dalam aliran utama dari kehidupan sehari-hari keluarga dengan nasihat bahwa itu tidak sehat untuk melarikan diri dan bahwa ia harus mengumpulkan keberanian untuk menghadapi situasi stress.
Mengapa Anak-anak Run Away?
Semua anak pada dasarnya tidak aman, karena mereka secara emosional belum dewasa.
Ketidakdewasaan ini merupakan bagian dari proses tumbuh.
Setiap hari mereka menjadi lebih dan lebih aman jika keluarga adalah salah satu yang merajut erat dengan kebebasan yang cukup untuk komunikasi dan ekspresi emosional.
Dengan demikian anak-anak melarikan diri karena alasan berikut:
- Pertengkaran konstan dari orang tua, menyebabkan ketidakamanan yang parah pada anak.
- Jika mereka merasa tidak dicintai.
- Sibling rivalry atau kedatangan anak baru.
- Rasa takut terhadap bahaya fisik (ABUSE) seperti ayah memukuli mereka untuk kesalahan tertentu.
- Takut bahwa akan ada penarikan dukungan emosional bagi perbuatan yang salah.
- Kegagalan atau penurunan pemeriksaan atau kertas tes.
- Jika rentan terhadap impulsif.
- Untuk menemani seorang teman dalam kesusahan.
TINDAKAN PERBAIKAN
- Pertama dan terutama memahami bahwa anak-anak belum matang dan impulsif.
- Setelah kembali tidak menuduh atau menghukum anak.
- Seseorang yang memiliki hubungan baik dengan anak perlahan-lahan bisa membuka masalah ini dan memungkinkan anak untuk memberikan melampiaskan emosinya dan perasaan bersalah.
- Yakinkan anak bahwa dia tidak salah, tapi tindakannya adalah tak pantas untuk seorang anak pemberani.
- Katakan pada anak bahwa setiap tubuh memiliki periode ketidakamanan dan ketidakpastian dan tepat menghadapi situasi sendirian akan memecahkan masalah.
- Membuat anak mengerti bahwa itu adalah tindakan pelarian dan itu tidak sehat.
- Melatih anak untuk sehat mengatasi situasi serupa.
- Jika di atas gagal, mencari bantuan dari seorang advocacy. [2]
Case : TROYA0000006
- Bagaimana cara mengumpulkan keberanian untuk menghadapi situasi stress ??
- Apa yang terjadi bila salah satu yang merajut erat dengan kebebasan yang cukup untuk komunikasi dan ekspresi emosional tidak ada ??
Efek Stagnantif akan terjadi seperti pepatah " Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohon Nya ", kelak syndrome dan trauma masa kecil (Child Abuse) akan menurun ke (psikis) anak nya nanti, dan juga mempengaruhi hubungan dengan pasangan (borderline) di masa depan.
Tidak akan mudah bila kebebasan untuk komunikasi dan ekspresi emosional kepada orang tua terbelenggu Moral dan Dogma hingga Menciptakan Syndrome Egosentrism Borderline Personality.
Silahkan berkomentar dan boleh langsung menghubungi saya. terimakasih
0 comments
Post a Comment